DIGITAL TELEVISION: High Definitions

            Migrasi teknologi analog ke digital ini tidak hanya sekadar mengikuti perkembangan baru, tetapi lebih pada upaya efisien- si penggunaan pita frekuensi (bandwidth). Sejarah pertelevisian digital di Indonesia memang baru dimulai secara utuh, terutama sejak peluncuran pesawat TV digital yang pertama pada 9 Juni lalu. Perusahaan elektronik PT LG Electronics Indonesia (LGEIN) sekaligus meluncurkan dua versi TV digital pertamanya di Indonesia, yaitu seri 47LH50YD dan 55LH50YD. Kedua pesawat TV ini sudah dilengkapi dengan tuner atau penerima siaran digital secara langsung, tidak perlu lagi menggunakan penerima khusus seperti set-top box (STB). Pengguna tinggal menancapkan antena yang biasa digunakan pada TV analog pada port-nya dan proses pemrograman otomatis (autotuning) sudah bisa dilaksanakan sama seperti TV konvensional. TV digital pertama ini sekaligus menunjang siaran TV digital yang dicanangkan pada 20 Mei lalu, di mana selama ini penangkapan siaran percobaan ini masih menggunakan STB. Untuk siaran tidak berger (fixed reception) ini ditunjuk dua konsorsium, yaitu Konsorsium TVRI-Telkom dan Konsorsium Televisi Digital Indonesia. Secara total, yang mengudara saat ini ada 12 stasiun dan gambar bisa ditangkap di sekitar kawasan Jabodetabek.

Produksi, distribusi dan penerimaan televisi analog dan digital

Kalau pada sistem TV analog yang sekarang ini kita nikmati sebuah kanal RF hanya 
ditempati oleh satu sinyal program siaran TV, maka pada sistem digital setiap kanal RF 
dapat digunakan bersama secara multipleks oleh beberapa program siaran. Di samping itu, 
teknik modulasi digital disertai pengolahan sinyal yang canggih memungkinkan sistem TV 
digital lebih tahan terhadap gangguan derau, distorsi oleh kanal, maupun efek interferensi. 
Akibatnya kualitas gambar yang dihasilkan juga lebih baik dibandingkan sistem analog. 
Contoh penerimaan gambar di dalam gedung: siaran analog mengalami efek gambar 
ganda atau ghost sedangkan siaran digital memberikan gambar sempurna Di samping itu, 
teknologi digital memungkinkan jaringan pemancar TV yang bekerja pada frekuensi yang 
sama (single frequency network, SFN) untuk meningkatkan cakupan dan kualitas sinyal. Dari dua hal di atas, kapasitas dan kualitas, tampak bahwa sistem TV digital punya daya 
tarik yang tinggi, baik bagi masyarakat sebagai konsumen maupun bagi industri dan 
pemerintah. Misalkan saja setiap kanal RF memultipleks 5 program siaran, berarti teknologi 
ini menjanjikan lapangan kerja minimal 5 kali lebih besar di bidang industri kreatif. 
Demikian pula penerimaan gambar yang lebih baik dibanding analog, dalam kondisi 
nonLOS dan bergerak, tentu menarik bagi penikmat TV dengan mobilitas tinggi. 
Di Indonesia, migrasi dari analog ke digital menuntut tersedianya perangkat decoder 
atau settop box yang murah, sedemikian hingga seluruh lapisan masyarakat dapat 
menikmati siaran TV digital tanpa perlu membeli pesawat TV baru.

Source: 

Komentar