v Sosialisasi
Pemuda
Melalui proses
sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan
dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana
ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya.
Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan
beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk.
Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu
melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara
berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota
masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial.
Proses
sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial
yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada
soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh
karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang.
Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap
diri sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran
terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai
kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
Dalam proses
sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang
lain memandang dan memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai, tidak
dihargai, tidak dipercaya; atau sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt
dipercaya
Dalam proses
sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui
dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan dari
orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak
terhadap norma-norma sosial.
Bertitik tolak
dari pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10 tahun
dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal atau
informal untuk berperan sebagai mahluk sosial, mahluk individual bagi pemuda.
Proses
sosialisasi juga adalah proses pembentukan sikap loyalitas sosial. Loyalitas
sosial atau kesetiaan sosial adalah perkembangan dari sikap saling menerima dan
saling memberi kearah ang lebih baik. Kita sangat mudah melihatnya pembentukan
kesetiaan sosial ini adalah dalam keluarga. Setiap anggota keluarga selalu setia
sesamanya. Di dalam kelompok dan masyarakat juga kesetiaan sosial ini
berkembang, sebagai dasar kesatuan dan persatuan dalam masyarakat. Dengan kata
lain kesetianan sosial berkembang mulai dari kelompok yang sederhan hingga
kelompok yang lebih luas.
Ada minimal tiga
hal yang harus dilakukan agar tumbuh dan kembangnya sikap loyalitas sosial ini
yakni :
ü Pertama kita harus saling berkomunikasi baik
dalam keadaan berdekatan ataupun dalam keadaan berjauhan (tempat tinggal).
Dengan komunikasi yang teratur kita akan saling mengetahui kabar dan berita di
antara kita. Sakit atau senang diantara kita dapat dengan cepat kita
mengetahuinya.
ü Kedua, sering bekerja sama menyelesaikan
berbagai persoalan hidup. Misalnya bergotong royang atau melakukan arisan.
Kerja sama dapat saja dilakukan dalam kelompok kecil(minimal dua orang) atau
pun dalam kelompok yang besar (yang jumlah anggotanya banyak).
ü Ketiga, dalam kehidupan atau pergaulan sesama
kita, sikap tolong menolong harus dikembangkan. Berbagai kesulitan hidup yang
kita alami pantas kita minta tolong kepada orang lain atau teman. Begitu pula
sebaliknya bila kawan kita yang mengalami kesusahan wajib pula kita
membantunya. Tentu saja dasarnya adalah suka saling menerima dan memberi.
Menurut George
Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam
tahap-tahap sebagai berikut.
Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami
manusia sejak dilahirkan, ketika seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal
dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap
ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita. Makna
kata tersebut juga belum dipahami dengan tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak
memahami secara tepat makna kata “makan” tersebut dengan cara menghubungkannya
dengan kenyataan yang dialaminya.
Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini
ditandai dengan:
Semakin
sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang
dewasa.
Mulai terbentuk
kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tua, kakak, dan sebagainya.
Anak mulai
menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan
seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada
posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini.
Kesadaran bahwa
dunia sosial manusia berisikan banyak orang. Sebagian dari orang tersebut
merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan pertahanan
diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai (Significant other).
Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang
dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung
dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada
posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain
secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk bekerja sama
dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan
hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman
sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya
secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari
bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized
Stage)
Pada tahap ini
seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada
posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa
tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan
masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan
bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap.
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat
dalam arti sepenuhnya.
v
Tujuan Pokok
Sosialisasi
Individu harus
diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di
masyarakat. Individu harus mampu berkomunikasi secara
efektif dan mengembangkan kemampuannya.
Pengendalian
fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang
tepat.
Bertingkah laku
secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada
lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
v
Peranan Pemuda
Dalam Pembangunan Masyarakat ,Bangsa dan Negara
Dalam hubungannya
dengan sosialisasi geenerasi muda khususnya mahasiswa telah melaksanakan proses
sosialisasi dengan baik dan dapat dijadikan contoh untuk generasi muda,
mahasiswa pada khususnya pada saat ini.
Proklamasi
kemerdekaan 17 agustus 1945 ternyata perlu ditebus dengan pengorbanan yang
tinggi. Oleh karena segera setelah proklamasi pemuda Indonesia membentuk
organisasi yang bersifat politik maupun militer, diantaranya KAMI (Kesatuan
Aksi Mahasiswa Indonesia) yang didirikan oleh mahasiswa dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia.
KAMI menjadi
pelopor pemdobrak kearah kehidupan baru yang kemudian dikenal dengan nama orde
baru (ORBA). Barang siapa menguasai generasi muda, berarti menguasai masa depan
suatu bangsa, demikian bunyi suatu pepatah. Berarti masa depan suatu bangsa itu
terletak ditangan generasi mudas.
Kalau dilihat
lebih mendalam, mahsiswa pada garis besarnya mempunyai peranan sebagai :
·
Agent
of change
·
Agent
of development
·
Agent
of modernization
Sebagai agent of
change, mahasiswa bertugas untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam
masyarakat kearah perubahan yang lebih baik. Sedangkan agent of development,
mahasiswa bertugas untuk melancarkan pembangunan di segala bidang, baik yang
bersifat fisik maupun non fisik.Sebagai agent of modernization, mahasiswa
bertugas dan bertindak sebagai pelopor dalam pembahruan.
v
Potensi-Potensi
Generasi Muda
Potensi-potensi
yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut
:
I.
Idealisme
dan daya kritis
Secara sosiologis
generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada, sehingga ia dapat melihat
kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru.
Pengejawantahan idealisme dan daya kritis perlu dilengkapi landasan rasa
tanggung jawab yang seimbang.
II.
Dinamika
dan kreativitas
Adanya idealisme
pada generasi muda, menyebabkan mereka memiliki potensi kedinamisan dan
kreativitas, yakni kemampaun dan kesediaan untuk mengadakan perubahan,
pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan yang ada ataupun mengemukakan gagasan
yang baru.
III.
Keberanian
mengambil resiko
Perubahan dan
pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat meleset, terhambat
atau gagal. Namun, mengambil resiko itu diperlukan jika ingin memperoleh
kemajuan. Generasi muda dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung
resiko. Untuk itu diperlukan kesiapan pengetahuan, perhitungan, dan
keterampilan dari generasi muda sehingga mampu memberi kualitas yang baik untuk
berani mengambil resiko.
v
Pengembangan
Potensi Generasi Muda
Generasi muda
memiliki peranan penting dalam memajukan dan meningkatkan pembangunan. Begitu
banyak potensi yang dimiliki oleh generasi muda, mereka mampu berkarya dan
berekspresi dengan bebas, tetapi
masih dalam lingkup yang sewajarnya dan tidak menyalahi aturan. Pengembangan
potensi tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga, orang tua dapat
mengembangkan potensi anak mereka sejak berusia balita, orang tua dapat
mengarahkan apa dan kemana potensi yang dimiliki oleh anak mereka sehingga
lahirlah generasi muda yang memiliki potensi sesuai minat masing-masing anak.
Generasi muda
dapat mengembangkan potensi mereka melalui hoby atau kesenangan masing-masing,
contohnya jika anak menyukai musik maka ia bisa mengembangkan potensinya dengan
membuat sebuah band atau mengikuti kursus bermain musik sehingga potensi anak tersebut
redup tanpa ada perkembangan.
Potensi generasi
muda juga dapat membangun rasa bangga pada diri sendiri. Keluarga dan negara
juga merasa bangga atas potensi yang dimiliki oleh anggota keluarga atau
sebagai masyarakat. Tapi bagaimana jika generasi muda saat ini mengisi hari
mereka dengan hanya menghabiskan uang orang tua dengan membeli barang-barang
yang tidak terlalu
dibutuhkan, Sex
di luar nikah, penyalahgunaan obat narkotika tak dapat dihindari, mabuk-mabukan
(minum-minuman keras), dan masih banyak lagi hal-hal lain yang sangat
menyedihkan. Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan orang tua dapat
mengarahkan sejak dini kemana arah yang paling tepat dan baik untuk
perkembangan anak mereka sehingga generasi muda dapat memiliki potensi yang sangat
berguna bagi nusa dan bangsa.
Di negara-negara
maju, salah satu di antaranya adalah Amerika Serikat, para mahasiswa sebagai
bagian generasi muda, didorong, dirangsang dengan berbagai motivasi dan dipacu
untuk maju dalam berlomba menciptakan suatu ide / gagasan yang harus diwujudkan
dalam suatu bentuk barang, dengan berorientasi pada teknologi mereka sendiri.
v
Masalah-Masalah
Generasi Muda
Generasi muda
dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menghadapi berbagai permasalahan
yang perlu diupayakan penanggulangannya dengan melibatkan semua pihak.
Permasalahan umum yang dihadapi oleh generasi muda di Indonesia dewasa ini
antara lain sebagai berikut :
§ Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan
nasionalisme dikalangan masyarakat, termasuk jiwa pemuda.
§ Kekurangpastian yang dialami oleh generasi
muda terhadap masa depannya.
§ Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda
dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik formal dan informal. Tinggimya
jumlah putus sekolah yang tidak hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi
juga merugikan bangsa.
§ Kekurangan lapangan dan kesempatan kerja serta
tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran dikalangan generasi
muda mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat
kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan
berbagai problem sosial lainnya.
§ Kurangnya gizi yang menghambat perkembangan
kecerdasan, dan pertumbuhan.
§ Masih banyaknya perkawinan dibawah umur.
§ Penyalahgunaan Obat Narkotika dan Zat Adiktif
lainnya yang merusak fisik dan mental bangsa.
§ Masih adanya anak-anak yang hidup
menggelandang.Pergaulan bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan gejala
penyimpangan perilaku (Deviant behavior).
§ Masuknya budaya barat (Westernisasi Culture)
yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita yang dapat merusak mental
generasi muda.
§ Masih merajalelanya kenakalan remaja dan
permasalahan lainnya. Permasalahan tersebut akan berkembang seiring dengan
perkembangan jaman apabila tidak diupayakan pemecahannya oleh semua pihak
termasuk organisasi masyarakat, diantaranya KARANG TARUNA .
v
Faktor Penyebab
Permasalahan Pemuda
i.
Kurang
dalam mengendalikan diri
Dalam hal ini
kita melibatkan keluarga karena keluarga merupakan tempat awal seorang remaja
membentuk karakter . Disini peran orang tua sangat mempengaruhi perkembangan
remaja dalam mengendalikan diri , orang tua bukan hanya memberikan penjelasan
tentang nilai sosial (baik buruknya suatu perbuatan) tapi juga memberikan suatu
contoh perbuatan yang dapat dicontoh oleh remaja tersebut sehingga ketika
remaja sudah berada dilingkup sosial yang lebih luas contohnya masyarakat ,
remaja tersebut akan terbiasa melakukan sama seperti apa yang dicontohkan oleh
orang tuanya .
ii.
Kurang
masa bersama keluarga
Meluangkan waktu
sejenak untuk berkumpul bersama keluarga merupakan hal kecil yang mempengaruhi
perkembangan remaja diluar karena pada saat seperti inilah masing-masing
anggota keluarga menceritakan masalah kepada orang tua atau orang yang lebih
tua didalam keluarga tersebut demi mendapat sebuah solusi yang benar . Karena
banyak faktor remaja melakukan hal negatif adalah karena jarangnya meluangkan
waktu untuk berkumpul bersama keluarga dengan alasan orang tua bekerja dan
sibuk dengan urusan lain, jika didiamkan begitu saja remaja tidak mendapat
teman untuk menceritakan masalah yang dihadapinya sehingga remaja mencari jalan
keluarnya sendiri yang menurutnya benar dan tak jarang dari keputusan itulah
dapat mengorbankan orang lain .
iii.
Masalah
ekonomi keluarga
Keluarga miskin
mungkin tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan pendidikan sempurna kepada
anak. Makanan dan minuman , tempat kediaman serta kesehatan yang memadai.
Faktor inilah yang mendorong remaja untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya
atau mencuri milik orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dan hal ini akan
terus meningkat ke arah yang lebih ekstrim jika dibiarkan seperti menghilangkan
nyawa orang lain demi suatu hal yang diinginkannya .
v
Usaha
Menanggulangi Permasalahan Pemuda
Cara yang harus
dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu orang tua harus sering
menasehati, memberi bimbingan, dan memberi pengarahan kepada anaknya agar
menjadi pemuda yang mudah bersosialisasi dan bisa hidup mandiri tanpa upaya dan
dana orang tuanya.
Hal ini
bergantung pada diri pemuda itu sendiri. Jika menurut mereka nasehat tersebut
dapat membantu untuk mengatasi permasalahannya, maka mereka akan melakukannya.
Dan jika mereka tidak membutuhkan nasehat, maka mereka tidak akan melakukannya.
Tetapi pemuda yang baik adalah pemuda yang selalu mendengarkan nasehat –
nasehat yang baik dari orang tuanya.
Setelah memberi
tanggapan untuk mengatasi permasalahan.pemuda dalam generasi nasional,
diharapkan pemuda – pemuda dapat meningkatkan sikap kedewasaannya dalam hal
ekonomi dan psikologi. Masyarakat pun akan bangga. Begitu pun bagi orang tua,
akan merasa bangga. Karena mereka memiliki anak yang baik dan bisa diandalkan
sebagai penerus bangsa. Dan semoga hal ini lebih baik lagi di masa mendatang.
v
Perguruan dan
Pendidikan
Arti penting dari
pendidikan adalah sebagai upaya untuk terciptanya kualitas sumber daya manusia,
sebagai prasarat utama dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalam
pembangunannya secara ‘self propelling’ dan tumbuh menjadi bangsa yang maju
apabila telah berhasil memenuhi minimum jumlah dan mutu (termasuk relevansi
dengan pembangunan) dalam pendidikan penduduknya. Modernisasi Jepang agaknya
merupakan contoh prototipe dalam hubungan ini.
Masalah
pendidikan bukan saja masalah pendidikan formal, tetapi pendidikan membentuk
manusia-manusia membangun. Dan untuk itu diperlukan kebijaksanaan terarah dan
terpadu di dalam menangani masalah pendidikan ini. Rendahnya produktivitas
rata-rata penduduk, banyaknya jumlah pencari kerja, “Under utilized
population”, kurangnya semangat kewiraswastaan, merupakan hal-hal yang
memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh.
Sebab hal itu
semua akan berarti belum terlepasnya Indonesia dari belenggu keterbelakangan
dan kemiskinan sebagaimana diharapkan pendidikan yang dapat mengembangkan
semangat “inner will peningkatan kemampuan diri dan bangsa” yang terpencar
dalam pembangunan pendidikan mental, intelektuan dan profesional bagi seluruh
penduduk dan pemuda Indonesia.
Sebagai satu
bangsa yang menetapkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan negara
Indonesia, maka pendidikan nasional yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan
dasar dan dengan tujuan menurut Pancasila. Dalam implementasinya, pendidikan
tersebut diarahkan menjadi pendidikan pembangunan, satu pendidikan yang akan
membina ketahanan hidup bangsa, baik secara fisik maupun secara ideologis dan
mental. Melalui pendidikan itu diharapkan bangsa Indonesia akan mampu
membebaskan diri dari belenggu kemiskinan dan
keterbelakangan,
melalui suatu alternatif pembangunan yang lebih baik, serta menghargai kemajuan
yang antara lain bercirikan perubahan yang berkesinambungan.
Untuk
itu maka diperlukan adanya perubahan-perubahan secara mendasar dan mendalam
yang menyangkut persepsi, konsepsi serta norma-norma kependidikan dalam
kaitannya dengan cita-cita bermasyarakat Pancasila. Dalam hal ini kiranya
pemerintah telah cukup berhasil dalam menegakkan landasan-landasan ideal serta
landasan koseptual terhadap pembaharuan pendidikan menuju sistem pendidikan
nasional yang tepat arah dan tepat guna.
Komentar
Posting Komentar